SULSEL – Indonesia sedang bersiap mencapai tonggak sejarah baru di bidang informasi geospasial. Badan Informasi Geospasial (BIG) tengah menggenjot proyek Satupeta Indonesia dengan skala akurasi tinggi 1:5000, yang akan mencakup seluruh wilayah nusantara.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Dengan ini, Indonesia tidak lagi bergantung pada platform peta asing seperti Google Maps.

Tahun ini, BIG telah menyelesaikan pemetaan untuk Pulau Sulawesi, sementara Sumatera, Maluku, Jawa, Nusa Tenggara, dan Papua menyusul dalam agenda berikutnya.

“Indonesia memiliki daratan seluas 1,9 juta km². Ada enam pulau besar lagi yang harus kita selesaikan,” ungkap Kepala BIG, Prof. Dr.rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si, M.Sc, dalam kunjungannya ke Lanud Hasanuddin, Kabupaten Maros, Kamis kemarin.

Teknologi Canggih Menembus Batas

Proyek ini menggunakan teknologi Synthetic-Aperture Radar (SAR), yang memungkinkan pengambilan citra bumi dengan presisi tinggi meski dalam kondisi cuaca buruk atau tertutup awan.

Pemantauan dilakukan dengan pesawat milik Intermap yang mampu menampung tiga awak, menunjukkan efisiensi tinggi dalam proses pengambilan data.

Kunjungan BIG ke Lanud Hasanuddin juga dihadiri Deputi Kerawanan dan Keamanan Siber BSSN serta Plh Kadis Kominfo SP Sulsel, Sultan Rakib, untuk memastikan proyek ini berjalan sesuai target.

Kebijakan Satu Peta untuk Masa Depan Indonesia

Pemerintah pusat mendorong percepatan One Map Policy (OMP), sebuah kebijakan strategis yang memastikan semua data geospasial di Indonesia menggunakan referensi, standar, basis data, dan geoportal yang sama.

Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2021, revisi dari Perpres Nomor 9 Tahun 2016.

Proyek ini tidak hanya menjadi acuan dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang, tetapi juga mendukung pembangunan proyek strategis nasional (PSN) dan kawasan ekonomi khusus (KEK).

“Dengan peta skala 1:5000, kita dapat memformulasikan kebijakan berbasis spasial dengan lebih akurat dan akuntabel,” jelas Sultan Rakib.

Kedaulatan Data Geospasial Indonesia

Jika proyek ini selesai, Indonesia akan memiliki peta nasional dengan akurasi tinggi yang sepenuhnya dikuasai secara mandiri.

“Kita tidak lagi tergantung pada Google Maps atau platform asing lainnya. Ini adalah langkah besar menuju kedaulatan data geospasial kita,” tegas Sultan Rakib.

Dengan Satupeta Indonesia, bangsa ini tidak hanya memperkuat kedaulatannya di ranah geospasial, tetapi juga membuka jalan untuk perencanaan pembangunan yang lebih presisi dan berkelanjutan hingga 2045.**