Lintaskabar.id, Makassar – Minat masyarakat terhadap pasar modal kian meningkat, terutama di kalangan generasi muda. Kondisi ini disampaikan oleh Fahmin Amirullah, Kepala Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat, Kantor Perwakilan BEI Sulawesi Selatan, dalam Workshop Wartawan Daerah bertajuk “Perkembangan Pasar Modal Sulawesi Selatan dan Barat” di Bikin-Bikin Creative Hub, Mall Nipah, Jumat (28/11/2025).
Fahmin menegaskan bahwa literasi menjadi faktor utama pertumbuhan investor di wilayah Sulselbar. Ia menyebut kampus sebagai pusat edukasi terbesar saat ini.
“Pertumbuhan pasar modal cukup signifikan dan mayoritas kontribusinya datang dari generasi muda. Peran perguruan tinggi sangat besar. Saat ini telah ada 21 Galeri Investasi yang tersebar di berbagai kampus di Sulselbar,” ujarnya.
Data BEI menunjukkan bahwa kelompok usia 18–30 tahun menguasai 60% total Single Investor Identification (SID) di Sulselbar. Disusul usia 31–39 tahun sebesar 25%, dan usia 40–100 tahun sebesar 15%. Kemudahan akses informasi dan perkembangan teknologi turut mendorong antusiasme generasi muda berinvestasi.
Fahmin mengingatkan bahwa meski pemahaman mereka terhadap pasar modal makin baik, pendampingan tetap dibutuhkan agar tidak salah langkah.
“Mereka harus memahami cara transaksi. Jangan mudah percaya pada robot karena pasar modal sangat dinamis. Investor perlu memantau, menganalisis saham, dan minimal menguasai dasar-dasarnya,” tegasnya.
Menurut Fahmin, salah satu kendala besar dalam meningkatkan literasi pasar modal adalah masih adanya trauma masyarakat akibat maraknya kasus investasi ilegal di masa lalu.
“Masih banyak trauma yang belum hilang terkait investasi ilegal. Itu yang terus kami edukasi perlahan,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa banyak korban yang tertipu karena awalnya ditawari investasi yang tampak legal namun kemudian berujung ilegal. Karena itu, BEI Sulselbar terus berkoordinasi dengan OJK agar masyarakat benar–benar memahami perbedaan investasi legal dan ilegal.
Selain edukasi, BEI Sulselbar juga aktif menjalankan program CSR sebagai kontribusi untuk keberlanjutan lingkungan di wilayah tersebut. Sejak 2023, mereka telah melakukan penanaman terumbu karang di Pulau Baranglompo dan Barang Caddi, penanaman mangrove di Untia, hingga revitalisasi dermaga di Pangkep.
Fahmin juga mengingatkan bahwa pasar modal Indonesia memiliki sejarah panjang sejak masa kolonial melalui Bursa Efek Batavia, sebelum akhirnya menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
BEI mendorong masyarakat memanfaatkan aplikasi resmi yang menyediakan informasi pasar secara real-time.
“Aplikasi ini sangat membantu. Masyarakat bisa memantau nilai tukar rupiah, harga saham, hingga berbagai pembaruan pasar kapan saja,” jelas Fahmin.
Saat ini terdapat 16 perusahaan sekuritas resmi di Sulselbar, memberikan peluang lebih luas bagi masyarakat untuk berinvestasi dengan aman. (Ag)






