JAKARTA — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin menargetkan Kota Makassar menjadi salah satu daerah penopang pangan nasional melalui pengembangan pertanian perkotaan (urban farming) di lahan sempit.
Langkah ini menjadi strategi penting dalam mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, meskipun Makassar bukan wilayah dengan lahan pertanian luas.
Hal tersebut disampaikan Munafri usai mengikuti Rapat Koordinasi Ketersediaan Pangan Nasional bersama Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman dan sejumlah kepala daerah di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (9/10).
Munafri menjelaskan, meski Makassar adalah kota metropolitan dengan keterbatasan lahan, potensi pertanian di area sempit tetap besar apabila didukung dengan teknologi modern.
“Kami di Makassar memang tidak memiliki banyak lahan pertanian. Karena itu, kami mengusulkan kepada Pak Menteri agar Kementerian memberikan dukungan bagi pengembangan pertanian lahan sempit di perkotaan,” ujar Munafri di Kantor Kementan RI.
Sebagai langkah awal, Pemkot Makassar berencana membangun tiga unit green house percontohan di beberapa titik strategis.
Menurut Munafri, kehadiran green house tersebut diharapkan dapat menjadi pemantik minat masyarakat perkotaan untuk terlibat dalam pertanian modern.
“Minimal tiga green house percontohan akan kami bangun agar masyarakat kota terdorong melakukan pertanian lahan sempit berbasis teknologi,” jelasnya.
Ia menambahkan, potensi pertanian perkotaan di Makassar sangat besar, terutama dengan adanya 5.000 lorong yang dapat dimanfaatkan sebagai basis kegiatan lorong pangan.
Program ini juga sejalan dengan kebijakan Kementerian Pertanian terkait tanaman pekarangan bergizi, yang akan diadopsi oleh Pemkot Makassar untuk menciptakan lapangan kerja baru sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.
“Kami berharap program tanaman pekarangan bergizi dari Kementerian bisa kami terapkan di Makassar. Selain membuka peluang kerja, ini juga memperkuat ketahanan pangan di tingkat kota,” ujar politisi Golkar tersebut.
Selain mengembangkan urban farming, Munafri juga menyoroti lahan persawahan yang masih tersisa di wilayah Makassar. Saat ini sekitar 30 persen lahan sawah masih berfungsi sebagai irigasi tadah hujan.
Untuk itu, Pemkot Makassar berharap ada dukungan alat dan infrastruktur pertanian dari pemerintah pusat agar lahan tersebut tidak beralih fungsi menjadi kawasan pembangunan.
“Kami berharap ada bantuan seperti mesin pengolah tanah atau traktor agar lahan pertanian yang tersisa tetap produktif dan tidak terkonversi,” tuturnya.
Munafri juga menyampaikan apresiasinya atas respon positif Menteri Pertanian yang berkomitmen memberikan dukungan teknis melalui jajaran direktorat terkait. Pemkot Makassar kini menyiapkan usulan teknis rinci untuk disampaikan ke Kementan.
“Alhamdulillah, Pak Menteri merespon dengan baik. Dalam waktu dekat kami akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Dirjen terkait agar program ini matang, termasuk soal dukungan anggaran,” ungkapnya.
Ia menegaskan, strategi ketahanan pangan di Makassar akan dilakukan secara terpadu, dengan mengintegrasikan pengelolaan sampah dan pertanian urban.
Sistem ini diharapkan dapat menciptakan ekonomi sirkular, di mana hasil pengelolaan sampah organik akan diolah kembali menjadi pupuk untuk urban farming.
“Kami akan menerapkan sistem pengelolaan sampah terintegrasi yang hasil akhirnya bisa mendukung urban farming. Komunitas sayur-mayur seperti tomat dan tanaman hortikultura lainnya akan kami dukung penuh,” jelasnya.
Dengan pendekatan tersebut, Munafri optimistis Makassar dapat menjadi contoh kota besar yang berhasil memadukan inovasi perkotaan dengan kemandirian pangan.
“Ini cara kami menjaga ketahanan pangan di kota metropolitan. Makassar bisa menjadi contoh bahwa keterbatasan lahan bukan alasan untuk tidak berdaulat pangan,” tegasnya.
Dalam rapat tersebut, Munafri turut didampingi Sekda Kota Makassar Andi Zulkifly Nanda, Ketua Tim Ahli Pemkot Andi Hudli Huduri, Kadis Perikanan dan Pertanian (DP2) Aulia Arsyad, serta Kepala Bapenda Asminullah.
Sementara itu, Kadis DP2 Makassar Aulia Arsyad menambahkan bahwa pihaknya telah menyampaikan sejumlah usulan bantuan kepada Kementan untuk memperkuat ketahanan pangan di wilayah perkotaan.
“Pak Menteri merespons positif permintaan kami, mulai dari bantuan Pekarangan Pangan Berkelanjutan (P2L) untuk lorong-lorong, pengembangan green house, hingga alat dan mesin pertanian seperti combine harvester, traktor roda dua (TR2), dan traktor roda empat (TR4),” ujar Aulia.
Menurutnya, langkah ini merupakan bagian dari upaya Pemkot Makassar untuk mengoptimalkan lahan terbatas agar tetap produktif, sejalan dengan program Lorong Wisata dan gerakan Urban Farming yang terus digencarkan Wali Kota Munafri.
“Kami berharap dukungan dari Kementan ini bisa segera terealisasi agar masyarakat kota dapat merasakan manfaat langsung dari pengembangan pertanian perkotaan yang berkelanjutan,” tutupnya.
Penulis: Ardhi