MAKASSAR — Debit air baku dari Bendungan Leko Paccing, salah satu sumber utama pasokan air bersih untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) II milik Perumda Air Minum Kota Makassar, mengalami penurunan signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Kondisi ini menyebabkan kapasitas produksi air bersih turun hampir setengah dari kondisi normal, terutama akibat kemarau panjang dan suhu panas ekstrem yang melanda wilayah Sulawesi Selatan.
Plt Kepala Seksi IPA I dan IPA II, Nanna, mengungkapkan bahwa aliran air baku dari Leko Paccing ke IPA II kini hampir mencapai titik nol.
Saat ini, pasokan air hanya mengandalkan Intake Moncongloe dengan kapasitas sekitar 600–700 liter per detik serta Intake Mallengkeri sekitar 250 liter per detik. Padahal, agar dapat beroperasi normal, IPA II membutuhkan sekitar 1.000 liter per detik air baku.
“Air dari Leko Paccing sudah tidak sampai lagi ke IPA II. Yang kami andalkan sekarang hanya dari Moncongloe dan Mallengkeri, tapi kapasitasnya masih jauh di bawah kebutuhan operasional harian,” ujar Nanna, Kamis (9/10).
Akibat kondisi ini, kapasitas produksi air bersih di IPA II menurun hingga 50 persen. Beberapa wilayah pelayanan yang bergantung pada suplai IPA II — meliputi Wilayah I, II, III, dan sebagian Wilayah V — mengalami gangguan tekanan serta penurunan distribusi air.
Meski demikian, PDAM Makassar terus melakukan pemantauan dan manuver jaringan untuk menjaga distribusi tetap berjalan dengan sistem bergilir, agar pelanggan tetap mendapat layanan air secara merata.
Penurunan debit ini disebabkan oleh cuaca panas dan kering berkepanjangan. Bendungan Leko Paccing yang biasanya mengandalkan aliran sungai alami kini mengalami penyusutan volume air hingga level kritis.
“Ini bukan hanya fenomena lokal, tapi juga dampak dari kemarau panjang yang melanda berbagai daerah,” jelas Nanna.
Namun, ada tanda-tanda perbaikan. Setelah wilayah hulu Leko Paccing diguyur hujan, debit air mulai menunjukkan peningkatan, meski belum kembali ke kondisi normal.
“Hari ini debit air mulai naik, meskipun belum stabil. Kami terus memantau perkembangannya setiap hari,” tambahnya.
Sementara itu, pasokan dari IPA lainnya seperti IPA I, III, IV, dan V masih berjalan normal. Debit air dari Bendungan Bili-Bili juga dalam kondisi aman dan stabil.
Sayangnya, keterbatasan jaringan distribusi membuat air dari Bili-Bili belum bisa disalurkan langsung ke wilayah layanan IPA II.
“Jaringan kita belum terkoneksi antara IPA 5 dan wilayah pelayanan I serta II. Ini menjadi kendala teknis utama dalam pengalihan pasokan,” terang Nanna.
Sementara itu, Kasi Humas Perumda Air Minum Kota Makassar, Hasan menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif menghadapi penurunan debit air baku tersebut.
Salah satunya dengan menyiagakan 15 unit mobil tangki yang beroperasi setiap hari untuk melayani seluruh wilayah Kota Makassar. Mobil tangki ini dikerahkan ke wilayah-wilayah terdampak penurunan suplai, terutama daerah yang sulit mendapatkan aliran air saat debit menurun.
Selain itu, masyarakat dapat mengajukan permintaan air tangki melalui kantor pelayanan wilayah yang tersebar di enam wilayah se-Kota Makassar, sesuai domisili masing-masing. Sistem pelayanan berbasis wilayah ini bertujuan mempercepat distribusi bantuan air, agar warga tidak perlu menunggu terlalu lama.
Permintaan dapat diajukan dengan surat pengantar dari RT setempat atau melalui nomor pengaduan resmi 0811 464 1123.
“Ini langkah cepat kami untuk memastikan masyarakat tetap mendapat layanan air bersih, khususnya pelanggan di wilayah terdampak. Semua armada tangki kami kerahkan penuh setiap hari,” pungkas Hasan.
Penulis: Zulkifli