MAKASSAR — Sulawesi Selatan kembali mencatat deflasi untuk kedua kalinya secara beruntun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, setelah mengalami penurunan harga sebesar 0,34 persen pada Mei 2025, Sulsel kembali mencatat deflasi sebesar 0,06 persen pada Juni 2025.
Meskipun angka deflasi terlihat kecil, tren penurunan harga ini tidak bisa dianggap sepele. Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Bosowa, Lukman Setiawan, kondisi ini bisa menjadi sinyal peringatan awal bagi perekonomian daerah.
“Jika terus berlanjut, deflasi bisa menyebabkan penurunan produksi, menurunnya investasi, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ungkap Lukman, Rabu (2/7).
Lukman menekankan pentingnya pemantauan berkala terhadap perkembangan ekonomi, baik di tingkat global, nasional, maupun regional.
Pemantauan ini, katanya, harus menjadi dasar dalam menyusun kebijakan strategis yang adaptif untuk menjaga stabilitas ekonomi.
“Peran aktif pemerintah sangat diperlukan. Kebijakan yang tepat harus segera dirumuskan agar bisa melindungi produsen, menjaga stabilitas harga, dan meringankan beban masyarakat,” tambahnya.
Selain peran pemerintah, kolaborasi antara pelaku usaha dan seluruh pemangku kepentingan juga dinilai sangat penting. Sinergi ini diperlukan agar potensi dampak dari deflasi tidak berkembang menjadi krisis ekonomi yang lebih serius.
“Sinergi lintas sektor menjadi kunci agar penurunan harga ini tidak berubah menjadi permasalahan struktural dalam perekonomian,” ujar Lukman.
Penurunan harga selama dua bulan berturut-turut, yakni 0,34 persen pada Mei dan 0,06 persen pada Juni, meskipun tampak ringan, dapat menandakan menurunnya permintaan masyarakat dan pelemahan daya beli.
Jika tren ini tidak segera ditangani, maka sektor riil seperti produksi barang dan jasa bisa terdampak langsung. Tidak hanya itu, iklim investasi juga berpotensi terpengaruh.
“Deflasi yang berkepanjangan bisa membuat investor menahan diri. Ketidakpastian harga akan membuat mereka ragu untuk menanamkan modal. Ini bisa menyebabkan kelangkaan barang dan pada akhirnya malah menaikkan harga di kemudian hari,” jelasnya.
Lukman kembali menegaskan pentingnya kerja sama antar pihak dalam menghadapi situasi ini.
“Sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan seluruh stakeholder sangat penting untuk segera mencari solusi konkret,” pungkasnya.
Penulis: Anugrah